Zikraaa

Diary

Sejak saat itu, hati ini masih belum utuh.

Leave a Comment


Sejak saat itu, hati ini masih belum utuh.


Entah dengan cara apa lagi harus melewati setiap detik tanpa dia, yang pergi bukan untuk satu dan lain hal. Melainkan untuk selamanyaaa..
Bagaiamana mungkin manusia bisa hidup tanpa semangat hidup? Semangat hidup yang telah meninggalkannya untuk selamanya. Tanpa ada satupun yang dapat mengerti rasa sakit, rasa sakit yang teramat dalam hingga terasa begitu sesak di dada sampai saat ini.

Dulu… Tidak pernah terfikirkan dan bahkan tidak berani mencoba untuk memikirkan bagaimana kehidupanku jika harus di tinggalkan selamanya oleh nyawa hidupku. setiap harinya, sampai dengan saat ini aku masih sangat berharap ini adalah mimpi. Saat terbangun nanti, aku masih ingin menikmati pelukan dan pangkuan hangat darinya. Senyum yang selalu membuat hati ini sejuk, bercerita tentang apa saja, keterbukaan yang dia ciptakan hingga aku berani untuk selalu berterus terang tentang apa yang sedang terjadi dan aku rasakan. Aku masih sangat membutuhkanmu…..

Sebelumnya, tidak pernah dalam hidup ini aku merasakan aliran darah yang seakan berhenti seketika, detak jantung yang tak karuan, dan waktu seperti berhenti berputar. Tapi malam itu, semuanya terjadi di saat yang bersamaan. Dan saat itu aku sangat takut membuka mata, untuk meyadari kau tidak ada lagi menemani hidupku untuk selamanya. Di saat yang bersaam juga, seolah sebuah gedung yang sangat besar akan hancur dan menghancurkanku. Bukan hanya aku, tapi hati ini. Hancur, tanpa sisa sedikitpun.

Seberapa besarkah keikhlasan yang di butuhkan seseorang ketika harus melepas separuh hidupnya? Dan untuk itu, aku sangat membutuhkan satu jawaban. Satu jawaban saja, mengapa kehilangan harus begitu menyakitkan?

Sometimes from deep inside my heart, I wish you were here. With me, with us. But I think that’s impossible, ya I know that’s so impossible. I need you. But my biggest fear is…… knowing that one day, you might not come home again. Dear you, never planned that one day I’d be losing you.

Aku rinduuu. Masih terekam jelas untuk terakhir kalinya saat ia mengatakan sangat menyayangiku, aku harus menjadi gadis yang baik dan harus menjadi seorang wanita yang kuat. Setelah itu wajahnya lesu, lelah dan seperti ingin tidur. Dan waktu itu, genggaman hangat terakhir tangannya saat ia masih dalam keadaan yang sadar dan aku tau, ia sedang menahan rasa sakit yang sangat luar biasa.

Aku terdiam saat ia mulai untuk menutup matanya, sambil melihatku dan mengelus pipiku, ‘sakit’ katanya. Seperti ada ledakan yang sangat besar dari dalam kepala ini saat dia mengatakan ‘sakit’ dengan suara yang sangat lirih. 2 x 24 jam aku menunggu kapan matanya akan kembali terbuka dan memberikan warna lagi pada diri ini yang sedang di selimuti oleh warna hitam pekat, rasa takut yang teramat dalam. Takut kehilangan, takut di tinggalkan, takut ia tidak akan bangun lagi, tidak akan pernah.

Ia seperti tertidur, tetapi tidak bangun saat di bangunkan. Tidak lagi mendengarkan apa yang sedang aku ceritakan. Bahkan tidak menghapus air mataku saat aku mennagis tepat di sampingnya. Dalam kesunyian aku terus berusaha membangunkannya. Ruangan itu menjadi saksi bisu betapa aku sangat ingin melihatnya kembali membukakan matanya yang sudah 2 hari tertutup dan tanpa gerakan apapun. Dia tenang, terlihat sangat tenang. Seperti malaikat, tanpa sayap.

Aku begitu mengaguminya…. Terpancar jelas ketulusan dan kelembutan yang selama ini aku dapatkan darinya. aku melihat ada air yang sangat deras mengalir dari sudut matanya. Tangan yang sedang aku genggam, bergerak seakan memberikan suatu isyarat. Air matanya mengalir, tangannya bergerak dalam genggamanku, tetapi ia sama sekali tidak membuka matanya. Dalam harapan yang sangat besar, aku terus meciumi keningnya berharap dia akan segera bangun.

I love you. Aku berusaha untuk membangunkannya dengan kata-kata itu. Tapi nihil, ia tetap tidak membuka matanya. Mungkin ia menangis karena menahan rasa sakit yang tidak dapat ia tahan lagi. Dalam tidur tenangnya, dalam linangannya, dan dalam doaku, aku sangat berharap dia membuka mata dan memelukku.

Ma.. terimakasih sudah berjuang sekuat ini untuk melawan rasa sakit. Maa.. jika memang ini waktunya untuk mama pergi, Adis ikhlas maa.. Lillahita’ala Adis ikhlas. Maa.. terimakasih untuk semua kenangan, kehidupan yang sangat sempurna yang mama berikan. Maa.. Adis sayang mama, tapi adis tau sekarang Allah lebih sayang sama mama. Maa..” Aku mecium keningnya dengan hati yang aku tau, akan hancur sebentar lagi.

mama, maaf atas semua hal yang pernah Adis lakuin yang membuat mama sedih. Maa... maafin Adis yang belum bisa buat mama bangga dan bahagia” Aku mecium kakinya, syurgaku.

Pada akhirnyaa, aku telah tiba pada sebuah kenyataan yang membuat semua otot terasa kaku, otak tidak dapat bekerja selayaknya, dan hati telah hancur. Sangat hancur.
Ia pergi….. selamanyaa….. ia pergi seolah menunggu satu kata ikhlas yang keluar dari mulutku. Dan ia pergi dengan satu pertanyaan yang belum sempat aku tanyakan, dan jawaban yang tidak akan pernah aku dapatkan. ‘Sudah pernah kah aku membuatnya bahagia?’

Aku seolah tidak dapat merasakan apa apa, pelukan dari setiap orang yang melihatku menangis tanpa suara tidak dapat kurasakan hangatnya. Tubuh ini telah mati rasa seketika. Aku bagaikan patung hidup yang berdiri tanpa kata, terdiam dalam tangis yang sama sekali tidak mengeluarkan suara.

Ake melihatnya pergi… terdengar banyak isakan tangis yang melihatku hanya berdiri dalam diam dan linangan air mata yang terus mengalir deras. Ingin rasanya aku menjerit dan menangis sekuat kuatnya. Tapi ternyata, aku berada dalam situasi yang sangat lemah, keadaan itu membuatku lemah dan tidak berdaya. Bahkan rasanya, untuk melangkah saja kaki ini seperti ada beban yang sangat sulit untuk membuatku melangkah.
“oh Allah, sanggupkah aku?” hanya itu yang terlintas dalam fikiranku.

Takdir. Hanya itu… pada dasarnya, bukan doa manusia yang tidak di dengar dan tidak di kabulkan oleh Allah, tetapi itulah takdir. Takdir yang tidak dapat di ubah lagi. Tentang ikhlas dan kesabaran, itu adalah ilmu yang sangat tinggi. Yang belum sepenuhnya dapat aku jangkau.

Aku selalu merindukannyaaa. Setiap waktuu.
Semua hal yang kami lalui bersama masih sangat indah dalam fikiranku. aku pernah merasakan bagaimana kehilangan arah hidup dan tujuan. Dia meninggalkanku di saat aku sangat membutuhkannya. Layaknya seorang gadis lainnya, inilah saat dimana peran seorang Ibu sangat berpengaruh pada pilihan hidup selanjutnya.

Ikhlas bukanlah sebuah ilmu yang dengan mudahnya kita dapatkan. Seperti kebanyakan orang yang selalu mengatakan ‘harus ikhlas’. Mereka tidak pernah tau betapa sakitnya hidup tanpa tanpa seorang Ibu. Yang aku tau, ikhlas adalah hanya ‘kita dan Tuhan kita yang tau’. Tapi ada hal yang membuatku sadar, saat ada yang mengatakan bahwa ikhlas itu ‘hanya’ Tuhan kita yang tau, tentang keihklasan kita terhadap sesuatu. Ya, ikhlas itu hanya Tuhan kita yang tau.
Ikhlas itu seperti Surat Al Ikhlas, tidak ada kata ikhlas di dalamnyaa…

Maa.. Mama adalah bidadari syurga yang diciptakan Allah untuk menjadi seorang Ibu yang sangat sempurna untuk Adis. Adis sayang mama, tapi Allah lebih sayang sama mama. Maa.. jika ada kehidupan yang lain dan adis di haruskan memilih seorang Ibu, tetap mama pilihan adis yang paling sempurna.
Ana Uhibbuki Fillah, Umi…

Aku tidak akan pernah suka dengan perpisahan, bagaimana pun bentuk perpisahan itu. Karena aku terlalu takut untuk mengucapkan selamat tinggal walaupun hanya sesaat. Disaat ada yang menciptakan kenyamanan, aku akan terus disitu. Tidak akan pernah melepaskannya.

Sampai dengan saat ini, aku masih berusaha membuat hati ini utuh kembali.


With love,
Zikra Azhara Fhoenna.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar