Sejak saat itu, hati ini masih
belum utuh.
Entah dengan cara apa lagi harus
melewati setiap detik tanpa dia, yang pergi bukan untuk satu dan lain hal.
Melainkan untuk selamanyaaa..
Bagaiamana mungkin manusia bisa
hidup tanpa semangat hidup? Semangat hidup yang telah meninggalkannya untuk
selamanya. Tanpa ada satupun yang dapat mengerti rasa sakit, rasa sakit yang
teramat dalam hingga terasa begitu sesak di dada sampai saat ini.
Dulu… Tidak pernah terfikirkan
dan bahkan tidak berani mencoba untuk memikirkan bagaimana kehidupanku jika
harus di tinggalkan selamanya oleh nyawa hidupku. setiap harinya, sampai dengan
saat ini aku masih sangat berharap ini adalah mimpi. Saat terbangun nanti, aku
masih ingin menikmati pelukan dan pangkuan hangat darinya. Senyum yang selalu
membuat hati ini sejuk, bercerita tentang apa saja, keterbukaan yang dia
ciptakan hingga aku berani untuk selalu berterus terang tentang apa yang sedang
terjadi dan aku rasakan. Aku masih sangat membutuhkanmu…..
Sebelumnya, tidak pernah dalam
hidup ini aku merasakan aliran darah yang seakan berhenti seketika, detak
jantung yang tak karuan, dan waktu seperti berhenti berputar. Tapi malam itu,
semuanya terjadi di saat yang bersamaan. Dan saat itu aku sangat takut membuka
mata, untuk meyadari kau tidak ada lagi menemani hidupku untuk selamanya. Di
saat yang bersaam juga, seolah sebuah gedung yang sangat besar akan hancur dan
menghancurkanku. Bukan hanya aku, tapi hati ini. Hancur, tanpa sisa sedikitpun.
Seberapa besarkah keikhlasan yang
di butuhkan seseorang ketika harus melepas separuh hidupnya? Dan untuk itu, aku
sangat membutuhkan satu jawaban. Satu jawaban saja, mengapa kehilangan harus
begitu menyakitkan?
Sometimes from deep inside my
heart, I wish you were here. With me, with us. But I think that’s impossible,
ya I know that’s so impossible. I need you. But my biggest fear is…… knowing
that one day, you might not come home again. Dear you, never planned that one
day I’d be losing you.
Aku rinduuu. Masih terekam jelas
untuk terakhir kalinya saat ia mengatakan sangat menyayangiku, aku harus
menjadi gadis yang baik dan harus menjadi seorang wanita yang kuat. Setelah itu
wajahnya lesu, lelah dan seperti ingin tidur. Dan waktu itu, genggaman hangat
terakhir tangannya saat ia masih dalam keadaan yang sadar dan aku tau, ia
sedang menahan rasa sakit yang sangat luar biasa.
Aku terdiam saat ia mulai untuk
menutup matanya, sambil melihatku dan mengelus pipiku, ‘sakit’ katanya. Seperti
ada ledakan yang sangat besar dari dalam kepala ini saat dia mengatakan ‘sakit’
dengan suara yang sangat lirih. 2 x 24 jam aku menunggu kapan matanya akan
kembali terbuka dan memberikan warna lagi pada diri ini yang sedang di selimuti
oleh warna hitam pekat, rasa takut yang teramat dalam. Takut kehilangan, takut
di tinggalkan, takut ia tidak akan bangun lagi, tidak akan pernah.
Ia seperti tertidur, tetapi tidak
bangun saat di bangunkan. Tidak lagi mendengarkan apa yang sedang aku
ceritakan. Bahkan tidak menghapus air mataku saat aku mennagis tepat di
sampingnya. Dalam kesunyian aku terus berusaha membangunkannya. Ruangan itu
menjadi saksi bisu betapa aku sangat ingin melihatnya kembali membukakan
matanya yang sudah 2 hari tertutup dan tanpa gerakan apapun. Dia tenang,
terlihat sangat tenang. Seperti malaikat, tanpa sayap.
Aku begitu mengaguminya….
Terpancar jelas ketulusan dan kelembutan yang selama ini aku dapatkan darinya.
aku melihat ada air yang sangat deras mengalir dari sudut matanya. Tangan yang
sedang aku genggam, bergerak seakan memberikan suatu isyarat. Air matanya
mengalir, tangannya bergerak dalam genggamanku, tetapi ia sama sekali tidak
membuka matanya. Dalam harapan yang sangat besar, aku terus meciumi keningnya
berharap dia akan segera bangun.
I love you. Aku berusaha untuk
membangunkannya dengan kata-kata itu. Tapi nihil, ia tetap tidak membuka
matanya. Mungkin ia menangis karena menahan rasa sakit yang tidak dapat ia
tahan lagi. Dalam tidur tenangnya, dalam linangannya, dan dalam doaku, aku
sangat berharap dia membuka mata dan memelukku.
“Ma.. terimakasih sudah
berjuang sekuat ini untuk melawan rasa sakit. Maa.. jika memang ini waktunya
untuk mama pergi, Adis ikhlas maa.. Lillahita’ala Adis ikhlas. Maa..
terimakasih untuk semua kenangan, kehidupan yang sangat sempurna yang mama
berikan. Maa.. Adis sayang mama, tapi adis tau sekarang Allah lebih sayang sama
mama. Maa..” Aku mecium keningnya dengan hati yang aku tau, akan hancur
sebentar lagi.
“mama, maaf atas semua hal
yang pernah Adis lakuin yang membuat mama sedih. Maa... maafin Adis yang belum
bisa buat mama bangga dan bahagia” Aku mecium kakinya, syurgaku.
Pada akhirnyaa, aku telah tiba
pada sebuah kenyataan yang membuat semua otot terasa kaku, otak tidak dapat
bekerja selayaknya, dan hati telah hancur. Sangat hancur.
Ia pergi….. selamanyaa….. ia pergi
seolah menunggu satu kata ikhlas yang keluar dari mulutku. Dan ia pergi dengan
satu pertanyaan yang belum sempat aku tanyakan, dan jawaban yang tidak akan
pernah aku dapatkan. ‘Sudah pernah kah aku membuatnya bahagia?’
Aku seolah tidak dapat merasakan
apa apa, pelukan dari setiap orang yang melihatku menangis tanpa suara tidak
dapat kurasakan hangatnya. Tubuh ini telah mati rasa seketika. Aku bagaikan
patung hidup yang berdiri tanpa kata, terdiam dalam tangis yang sama sekali
tidak mengeluarkan suara.
Ake melihatnya pergi… terdengar
banyak isakan tangis yang melihatku hanya berdiri dalam diam dan linangan air
mata yang terus mengalir deras. Ingin rasanya aku menjerit dan menangis sekuat
kuatnya. Tapi ternyata, aku berada dalam situasi yang sangat lemah, keadaan itu
membuatku lemah dan tidak berdaya. Bahkan rasanya, untuk melangkah saja kaki
ini seperti ada beban yang sangat sulit untuk membuatku melangkah.
“oh Allah, sanggupkah aku?” hanya
itu yang terlintas dalam fikiranku.
Takdir. Hanya itu… pada dasarnya,
bukan doa manusia yang tidak di dengar dan tidak di kabulkan oleh Allah, tetapi
itulah takdir. Takdir yang tidak dapat di ubah lagi. Tentang ikhlas dan
kesabaran, itu adalah ilmu yang sangat tinggi. Yang belum sepenuhnya dapat aku
jangkau.
Aku selalu merindukannyaaa.
Setiap waktuu.
Semua hal yang kami lalui bersama
masih sangat indah dalam fikiranku. aku pernah merasakan bagaimana kehilangan
arah hidup dan tujuan. Dia meninggalkanku di saat aku sangat membutuhkannya.
Layaknya seorang gadis lainnya, inilah saat dimana peran seorang Ibu sangat
berpengaruh pada pilihan hidup selanjutnya.
Ikhlas bukanlah sebuah ilmu yang
dengan mudahnya kita dapatkan. Seperti kebanyakan orang yang selalu mengatakan
‘harus ikhlas’. Mereka tidak pernah tau betapa sakitnya hidup tanpa tanpa
seorang Ibu. Yang aku tau, ikhlas adalah hanya ‘kita dan Tuhan kita yang tau’.
Tapi ada hal yang membuatku sadar, saat ada yang mengatakan bahwa ikhlas itu
‘hanya’ Tuhan kita yang tau, tentang keihklasan kita terhadap sesuatu. Ya,
ikhlas itu hanya Tuhan kita yang tau.
Ikhlas itu seperti Surat Al
Ikhlas, tidak ada kata ikhlas di dalamnyaa…
Maa.. Mama adalah bidadari syurga
yang diciptakan Allah untuk menjadi seorang Ibu yang sangat sempurna untuk
Adis. Adis sayang mama, tapi Allah lebih sayang sama mama. Maa.. jika ada
kehidupan yang lain dan adis di haruskan memilih seorang Ibu, tetap mama
pilihan adis yang paling sempurna.
Ana Uhibbuki Fillah, Umi…
Aku tidak akan pernah suka dengan
perpisahan, bagaimana pun bentuk perpisahan itu. Karena aku terlalu takut untuk
mengucapkan selamat tinggal walaupun hanya sesaat. Disaat ada yang menciptakan
kenyamanan, aku akan terus disitu. Tidak akan pernah melepaskannya.
Sampai dengan saat ini, aku masih
berusaha membuat hati ini utuh kembali.
With love,
Zikra Azhara Fhoenna.
0 komentar:
Posting Komentar